Gopit-Bang Piin-Dion_RF
Senin, 25 November 2013
Rabu, 20 November 2013
Minggu, 17 November 2013
Anak Tapayame
Lesung pipi mungil pada senyum manis.
Enggan berkata lain akan niat tulus dalam sanubari.
Namun pasti yang aku mengerti.
Itu sebuah karunia indah yang Tuhan anugerahkan pada lahirmu.
Anak Tapayame, satu panggilan dariku.
Mengawali memories mengenal sejatimu.
Elok malam melukiskan siluet dalam mimpi tidur lelapku.
Lambat laun bayang bidadari bersinar diaura seorang gadis.
Inikah elegi saat manusia mengenal segenggam rindu.
Aku bersyukur Tuhan berikan mimpi dan rasa itu padaku.
Kamis, 14 November 2013
Esai Modernisasi Menggeser Permainan Budaya Bangsa
Dalam
usia anak-anak bermain merupakan sebuah kegiatan yang menarik, tidak kalah membosankan
dengan kegiatan makan. Bermain didefinisikan bersenang-senang ria sendiri
dengan sebuah media bermain atau dengan kawan, sanak saudara demi mendapatkan
sebuah rasa senang dan saling menghargai atas hasil dari permainan itu sendiri.
Permainan yang berkembang di lingkungan masyarakat merupakan sebuah hasil budaya
masyarakat atau bahkan bangsa yang turun-temurun lestari di masyarakat. Bermain
yang positif memiliki kegunaan sebagai media untuk melatih konsentrasi,
menghilangkan stres, menstabilkan emosional dalam diri kita, memberikan oksigen
kepada otak yang telah lama bekerja, mempererat persaudaraan, mempererat pertemanan
antar sesama sekaligus ikut melestarikan budaya leluhur kita. Sebuah fakta dari
permainan yaitu apabila permainan yang dilakukan langsung praktek di lapangan
berfungsi untuk melatih konsep kinestetik otak kita, di samping dapat dikatakan
olahraga kecil, juga sebagai media membuang rasa penat kita.
Sebuah permainan go
back to the door (kembali ke pintu), atau yang lebih populer sesuai
pengucapan lidah orang Indonesia yaitu
permainan gobak sodor, permainan ini
biasanya dimainkan oleh kalangan anak-anak desa di sepetak sawah yang sudah
selesai dipanen, dalam permainan ini terlihat jelas strategi yang harus
digalakan oleh kelompok penyerang dalam menembus pertahanan pintu-pintu yang
dijaga kelompok bertahan, saling koordinasi tiap anggota sangat penting dalam
mengelabui kelompok bertahan. Saling berbeda sifat masing-masing anggota
menuntut sebuah tim harus bisa meleburkan diri menjadi satu kesatuan
persaudaraan untuk memenangkan permainan ini. Tak jarang ada anggota kelompok
penyerang yang menghindar dari sentuhan kelompok bertahan hingga terjatuh dan
terguling mengundang gelak tawa semua pemain, rasa persaudaraan, pertemanan
yang erat mengikis habis arti dari sebuah menang dan kalah dari permainan ini.
Bermain gundu atau kelereng siapa yang belum tahu bentuk
permainan ini? Hanya membutuhkan beberapa butir kelereng dan sedikit
keterampilan menembak sasaran dengan jari jemari kita, kita sudah bisa
dikatakan memainkan permainan ini, tidak jarang orang tua dan remaja ikut andil
dalam permainan yang sangat familiar ini. Setiap peserta bersaing mendapatkan
buah sebanyak banyaknya yang telah mereka pasang di tengah. Dengan keteguhan rasa
persaudaraanlah permainan ini dapat tetap lestari di masyarakat desa yang kukuh.
Permainan lain yang satu paket dengan permainan yang sudah disebutkan diatas
yaitu permainan dakon, benteng, gasing panggalan
dari kayu, jedoran dari bambu, uku lele, bintang tujuh, permainan tersebut dimainkan saat musim
masing-masing permainan tiba dan sangat melekat di lingkungan masyarakat.
Dibalik permainan tersebut banyak sekali rasa persaudaraan, tradisi budaya yang
tertumpah dalam memainkannya, rasa saling menghargai, menghormati antar peserta
apalagi jika jenis permainan yang dimainkan diikuti oleh bermacam macam
kalangan dari yang muda hingga yang tua, karena menitikberatkan untuk menjunjung
tinggi kebersamaan.
Seiring waktu, modernisasi terjadi di bidang teknologi
informasi dan komunikasi, permainan tersebut dianggap kuno oleh masyarakat kota-kota
besar, menjalar ke lapisan anak-anak pedesaan yang masih awam akan kemajuan
ini. Dampaknya begitu drastis terlihat dalam hitungan di bawah tiga tahun
modernisasi yang tidak diimbangi dengan sosialisasi di lingkungan masyarakat menyebabkan
mulai lunturnya jati diri bangsa dalam mempertahankannya. Jenis permainan
sekarang didominasi oleh permainan berbentuk software dalam sistem komputer,
dunia serba modern semua hanya perlu sekejap tanpa harus praktek, padahal
kembali lagi sebuah permainan yang langsung praktek di lapangan memiliki usaha terselubung
yaitu melatih konsep kinestetik otak kita. Jadi apabila semua permainan serba
instan tanpa bisa kita lakukan secara konkret sama saja dengan berangan angan
tanpa sebuah action yang pasti.
Modernisasi mempersempit ruang gerak permainan klasik yang luhur dari
masyarakat, diikuti perkembangan masyarakat yang kapitalis dan pragmatis, zaman
berkembang dengan modern permainan serba modern, di mall sudah banyak bentuk permainan modern yang lebih menarik dan
canggih daripada permainan klasik dahulu.
Masyarakat berpendapat bahwa permainan klasik kurang
praktis untuk bisa dimainkan di tempat yang sempit, memerlukan persiapan lama
dan serba harus ribet, perlu waktu
lama, peserta yang banyak. Permainan modern lebih praktis terutama yang
berbentuk software, mudah didapatkan,
tinggal di download di internet kita
sudah bisa memulai memainkan, kita tidak perlu menunggu banyak peserta, tidak
memerlukan tempat yang luas, sudah banyak terdapat di mall-mall besar di kota kota besar, mudah juga kita temui di Game Center, lebih menarik dan canggih. Game Center bermunculan di mana mana
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang hiburan permainan. Masyarakat
kota yang terprogram menjadi manusia yang sibuk bekerja sendiri, bermain
sendiri, modernisasi menimbulkan manusia menjadi merasa mampu hidup sendiri,
hal tersebut jelas awal pangkalnya permainan klasik mulai ditinggalkan karena
permainan klasik didasarkan atas tujuan kebersamaan, mempererat persaudaraan
namun alhasil modernisasi memiliki kebijakan lain. Masyarakat mulai bersifat
seolah olah mandiri namun sangat cenderung mengerucut menjadi egoisme, hal ini
sangat bertentangan dengan kodrat manusia sebagai makhluk zoon politicon (Aristoteles) yaitu makhluk sosial yang hidupnya
sangat membutuhkan atau bahkan bergantung pada manusia yang lainnya. Sifat
saling gotong royong masyarakat berkurang, waktu sudah dimonopoli oleh
masing-masing orang untuk lebih menikmati bermain sendiri ketimbang bermain
bersama.
Masyarakat
yang tidak kukuh dalam menghadapi arus modernisasi akan ikut terbawa gaya hidup
modern yang tidak pas karena kurangnya sosialisasi, permainan klasik masyarakat
daerah seperti gobak sodor, gundu, uku lele, jedoran dari bambu, dakon,
gasing panggalan dari kayu, benteng
mulai ditinggalkan. Padahal begitu klasik dan khasnya permainan permainan
tersebut di lingkungan masyarakat, permainan dakon yang terdiri dari tujuh lubang kecil yang mengenalkan kita
bahwa dalam satu Minggu terdapat tujuh hari, pembagian biji biji dalam
permainan dakon mencerminkan
bagaimana kita mampu dan memiliki strategi membagi waktu dalam kehidupan sehari
hari, permainan benteng dan gobak sodor
yang mengenalkan kita betapa perlunya satu kesatuan, kekompakan, gotong royong
dalam sebuah tim, permainan gundu atau kelereng yang mengenalkan kita akan rasa
saling menghargai dan menghormati terhadap sesama ataupun yang lebih tua dan
yang lebih muda. Permainan dahulu yang mayoritas dimainkan bersama di
lingkungan masyarakat secara tidak langsung memberikan waktu sejenak bagi kita
dari kesibukan bekerja untuk berkumpul bersama tetangga, teman, saudara. Landasan
permainan-permainan klasik begitu sarat hal hal itulah yang mengajarkan manusia
untuk menghargai sebuah budaya bangsa.
Modernisasi mempengaruhi pola pikir masyarakat secara
drastis, masyarakat harus bisa lebih proaktif menyaring budaya asing yang masuk
dan berpadu dengan budaya yang terlahir dari jati diri bangsa, modernisasi
bukan melupakan budaya bangsa tapi bisa memadukan dua budaya agar timbul keserasian
dengan tidak meninggalkan ciri khas jati diri bangsanya. Setiap lapisan
masyarakat harus bisa menjadi filter terbesar dalam perkembangan ini untuk
menjaga stabilitas kehidupan masyarakat yang berkarakter luhur.
Langganan:
Postingan (Atom)